Shalat Dulu atau Ngaji Dulu? - Ruang Tunggu

4/16/12

Shalat Dulu atau Ngaji Dulu?


Langkah saya menuruni tangga dari kontrakan lantai atas agak tergesa sore itu. Azan Ashar sudah berlalu sekitar 2-3 menit yang lalu. Agar tidak terlambat, saya berinisiatif shalat di mushala yang letaknya lebih dekat dengan kontrakan kami. Meski hanya mushala, tetapi ramainya jamaah kadang kala melebihi Masjid yang letaknya lebih jauh. Ketika jarak ke mushala tinggal lima meter lagi, seorang bapak menyapa, mengucap salam lalu bertanya, "Mau ke mana, Mas?"

Saya agak bingung, “Pakai sarung dan peci begini jelas mau shalatlah, Pak,” pikir saya. Sebelum saya sempat berkata-kata, pandang mata saya tak sengaja menangkap jamaah ibu-ibu masih ada di dalam. Rupanya mereka masih ada pengajian. Saya lalu duduk dan terlibat perbincangan dengan beberapa orang di situ termasuk bapak yang tadi. Ternyata mereka juga sedang menunggu pengajian ibu-ibu itu selesai. Yang mengherankan adalah bahwa pengajian itu masih berlangsung padahal jelas waktu Ashar sudah masuk sejak tadi. Akhirnya kami baru bisa shalat sekitar jam 15.30.

Saya jadi teringat waktu kecil dulu. Saya dan teman-teman setiap hari biasa mengaji di rumah seorang warga. Dan setiap kali azan Isya terdengar, aktivitas mengaji tidak pernah dihentikan, bahkan bisa berlanjut sampai pukul 21.00. Itu sudah termasuk ngobrol ngalor ngidulnya. Waktu itu ditekankan bahwa menuntut ilmu lebih utama dari ibadah yang lain. Maka saya dan teman-teman manut saja karena tidak tahu. Tapi setelah dewasa, ada yang salah saya rasakan dalam hal ini. Kewajiban menuntut ilmu dan shalat memang sama-sama wajib, tetapi tidak selayaknya kedua hal tersebut dibentur-benturkan atau dikalahkan satu atas yang lain. Bukankah akan lebih indah jika shalat dulu baru dilanjutkan ngaji lagi? Toh masih banyak waktu yang tersedia.

Bagi saya, barangkali ini adalah pengingat untuk selalu shalat tepat pada waktunya. Juga agar tidak hanya bersikap menyalahkan jika yang melakukan keterlambatan itu adalah orang lain, tetapi acapkali justru bersikap memaklumi jika diri sendiri yang melakukan keterlambatan. Ya, semoga kita bisa menjalankan shalat di awal waktu agar kita tidak termasuk orang yang disebutkan Rasulullah dalam hadis ini:

“Terus-menerus suatu kaum membiasakan diri untuk terlambat mendatangi shalatnya, sampai Allah juga akan mengundurkan mereka (untuk masuk ke dalam surga).” (HR. Muslim no. 662 dari Abu Said Al-Khudri ).

Wallahu a'lam

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini