Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan - Ruang Tunggu

5/12/12

Muhammad: Lelaki Penggenggam Hujan

Muhammad: Lelaki Penggenggam HujanMuhammad: Lelaki Penggenggam Hujan by Tasaro

My rating: 4 of 5 stars


Menuangkan kisah hidup seseorang dalam sebuah novel memang butuh kecermatan tersendiri. Apalagi jika kisah itu adalah kisah tentang sosok Nabi Agung penutup para nabi: Muhammad Saw. Butuh kajian literatur yang komprehensif, diskusi mendalam, penguasaan bahasa yang baik sekaligus napas panjang untuk menggarap novel semacam ini. Dan memang, Taufik Saptoto Rohadi, atau biasa dikenal sebagai Tasaro telah melakukan yang terbaik yang ia bisa untuk itu.

Setidaknya, diskusi dengan beberapa narasumber membuktikan hal itu, Fahd Djibran (editor), Ahmad Rofi’ (editor ahli) serta Tutik Hasanah (hafidzah) yang dengan pengetahuan shirahnya kedua orang ini mampu membantu meminimalisir kesalahan, di samping tokoh-tokoh lain yang cukup berperan dalam penggarapan novel ini. Dari diskusi-diskusi itulah kesalahan-kesalahan fatal dapat dihindari, meski risikonya penulis harus melakukan revisi belasan kali. Namun itu tidak terlalu berarti untuk sebuah kesempurnaan sebuah karya.

Novel setebal 546 Halaman ini memang menarik. Menggabungkan dua kisah dengan sangat apik. Pertama, kisah Manusia Mulia, kisah sejati Muhammad Saw, mulai dari beliau menerima wahyu hingga proses legendaris Fathul Makkah (penaklukkan Makkah). Dengan gaya penuturan yang kuat, seolah kita dapat turut melihat dan merasakan apa yang terjadi pada waktu-waktu itu, seolah-olah kita berada di samping Rasulullah Saw.

Dalam perjanjian Hudaibiyah misalnya. Kita seolah turut terlarut dalam ketegangan, tatkala Utsman bin ‘Affan yang diutus oleh Rasulullah ke Makkah belum juga kembali. Lantas dalam kehawatiran semacam itu, Rasulullah meminta kaum Muslimin untuk membaiat beliau. Tidak ada yang tahu, mengapa engkau minta dibai’at. Namun persis ketika bai’at selesai, Utsman pulang dengan selamat. Perjanjian dengan Kafir Quraisy pun berakhir seperti kekalahan bagi kaum Muslimin. Tetapi engkau mengatakan bahwa ini adalah kemenangan. Sesuatu yang sulit dipahami. Bahkan ‘Umar pun protes meski tetap yakin bahwa engkaulah Rasulullah.

Kekecewaan itu tetap menggelayut di dada setiap Muslim, hingga tatkala engkau memerintahkan untuk mencukur rambutnya, tidak ada yang melakukannya. Sampai istrimu, Ummu Salamah, menyarankanmu untuk mencukur rambutmu terlebih dahulu. Baru kemudian orang-orang saling mencukur rambut kawannya. Namun demikian, masih ada yang hanya memangkas sedikit rambutnya. Hingga engkau berkata: “ Allah mengasihi orang yang mencukur rambutnya!” Orang-orang protes atas redaksi yang kau pilih, “Dan orang-orang yang yang memangkas rambutnya, wahai Rasulullah?” Namun engkau mengulanginya hingga tiga kali, baru pada kali keempat engkau menambahnya dengan orang-orang yang memangkas rambutnya. Mengapa? “Sebab, mereka (yang mencukur rambutnya) tidak ragu-ragu.” Ternyata inilah alasanmu membai’at kaum Muslimin sebelum Utsman datang, agar mereka tetap dalam ketaatan total apa pun yang terjadi.

Kisah kedua, bertutur tentang seorang pemuda Persia bernama Kasvha, yang dijuluki oleh Khosrou (raja Persia) sebagai Pemindai Surga. Tentang kisahnya mencari Astvat-ereta, sosok yang diramalkan kehadirannya dalam perkamen-perkamen kuno. Tujuan awalnya sebenarnya adalah memurnikan ajaran Zardusht yang tak lagi diindahkan oleh penguasa, tapi penemuan-penemuannya justru menggiringnya pada sosok lain: Lelaki Arab, lelaki yang digambarkan oleh Pendeta Bahira sebagai Nabi. Puncaknya, ia melakukan pelarian setelah Khosrou murka atas keterangannya tentang lelaki yang dijanjikan itu. Melakukan pelarian dari satu-tempat ke tempat lain, juga demi menguak misteri siapa sebenarnya Lelaki Penggenggam Hujan itu. Menemui orang-orang yang juga tertarik tentang keberadaan lelaki itu.

Kedua kisah di atas digabung menjadi satu, dengan alur maju mundur yang begitu dinamis, sekaligus cantik. Membuat pembaca seolah tengah meniti lorong waktu. Penceritaan yang hidup. Namun demikian, bagi yang belum terbiasa kemungkinan “lost in space” bisa terjadi. Bingung, karena susah menemukan hubungan per bagiannya. Tenang saja, akhir cerita akan menjawab semuanya, tentang sosok yang bernama Ruzabah (Bab 2) dan apa hubungannya dengan Kasvha dan Muhammad Saw. Hanya kisah Kasvha-lah yang membuat kita bertanya, setidaknya menduga bahwa novel ini akan ada kelanjutannya.

Beberapa kesalahan memang terjadi seperti salah ketik, salah kata ganti, dan beberapa kesalahan lain. Perbedaan versi juga terjadi sebagai konsekuensi perujukan pada kitab tertentu. Hal ini misalnya terjadi pada kisah Abu Jandal yang digambarkan dalam Shirah Ibnu Hisyam datang sesaat setelah perjanjian Hudaibiyah disepakati, sementara dalam shirah yang ditulis oleh Syeikh Safy al-Rahman al-Mubarakfuriyy, kisah Abu Jandal terjadi sebelum perjanjian berlangsung. Namun demikian, kiranya hal ini tidak mengurangi semangat kita untuk membacanya, bahkan hal ini akan membuat kita untuk tertarik lebih jauh merujuk pada kitab-kitab shirah terkemuka.

Dengan informasi yang cukup mendetail, kiranya buku ini layak menjadi pengantar menyelami sejarah hidup Nabi Muhammad Saw di tengah klaim orang-orang yang mengaku mencintai Muhammad Saw, tetapi tidak pernah mempelajari sejarah hidupnya. Maka, buku ini menjadi buku wajib bagi setiap Muslim yang mengaku cinta pada nabinya.




View all my reviews

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini