Ngolong - Ruang Tunggu

6/5/12

Ngolong

Ngolong di KA Ekonomi


Salah satu ciri khas kereta ekonomi (K3) selain karena keserbaadaanya (terdapat berbagai macam barang dari makanan, baju, dompet, stiker, sampai jasa pijit yang ditawarkan oleh pedagang asongan yang lalu lalang sepanjang waktu) adalah kebiasaan para penumpangnya untuk tidur ngolong (pada kereta yang beroperasi malam hari). Ya, ngolong, tidur di kolong di bawah kursi; beralaskan koran seharga ribuan rupiah; dengan bantal sewaan dengan tarif empat ribu rupiah. Bagi yang belum biasa barangkali ini adalah sesuatu yang aneh, ajaib, atau malah tercengang, "kok bisa?"

Ritual tidur ngolong biasanya dimulai selepas isya' dan hampir bisa ditemui di setiap kereta ekonomi (K3). Meskipun dilakukan selepas isya, atau bahkan ada yang baru memulai pukul 21.00 ke atas, tetapi rata-rata persiapan dan pengaplingan tempat "tidur" sudah dilakukan sejak sebelum isya'. Pada beberapa kali perjalanan, bahkan saya menjumpai ada yang menggelar alas tidur sejak kereta berangkat.

Selain bisa ditemui di kereta ekonomi (K3), aktivitas ngolong ini juga bisa dijumpai di kereta bisnis (K2) yang melakukan perjalanan di malam hari. Namun demikian, ada ciri yang membedakan kolongers K3 dan K2. Jika pada K3 posisi tidurnya tepat di bawah kursi, maka pada K2 biasanya kolongers tidur di depan kursi membujur searah dengan kursi. Meskipun untuk tempatnya, bisa dilakukan di mana saja, ada yang di bordes (sambungan gerbong), di jalan (jarak yang tersedia antara kursi sisi kanan dan sisi kiri), di bawah kursi, atau bahkan di toilet (dulu terjadi kala masih diberlakukan tiket berdiri).

Mungkin ada yang bertanya iseng, "Memang enak tidur di kolong gitu? Apa nggak pengap?" Sampai sekarang saya masih sering melihat fenomena ini, dan bahkan semakin lama saya lihat semakin banyak yang melakukannya (termasuk saya yang akhirnya bergabung :D), maka saya simpulkan ini adalah pilihan paling masuk akal untuk bisa tidur dengan lebih nyenyak. Ya, lebih nyenyak jika dibandingkan dengan tidur sambil duduk. Saya merasakan enak-enak saja, dan orang-orang di sekitar saya juga tidak mempermasalahkan, bahkan mendukung, sebab dengan saya tidur ngolong, satu kursi menjadi kosong dan itu bisa mereka gunakan untuk menyelonjorkan kaki yang pegal.

Biasanya, alasan untuk memilih ngolong rata-rata adalah agar esok paginya tidak terlalu kecapekan atau mengantuk di kantor, sebab mereka sudah "cukup" tidur dengan "layak". Ya, inilah uniknya Indonesia. Mau mencoba?
gambar dari sini

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini