[Tarbawi 285] Ada yang Layak Kita Nikmati dari Warna dan Tampilan - Ruang Tunggu

11/6/12

[Tarbawi 285] Ada yang Layak Kita Nikmati dari Warna dan Tampilan


Warna dan tampilan hadir dalam kehidupan ini untuk mewujudkan sebagian kebahagiaan kita, juga untuk mewujudkan sebagian kebaikan yang kita harapkan. Sebagaimana ia juga hadir untuk menjauhkan kita dari keburukan dan aib. Ya, karena warna dan tampilan sesungguhnya ia adalah bagian dari keyakinan kita, ia adalah sebuah tradisi dalam kemusliman kita. kita mendengar, kita menyaksikan, kita berpikir, sesuai dengan keyakinan kita terhadap warna dan tampilan yang ada.

Dan setiap orang punya warna dan tampilannya sendiri yang dinikmatinya. Orang kaya punya warna dan tampilannya, seperti juga orang yang tak punya, memiliki warna dan tampilannya sendiri. Orang sukses punya warna dan tampilan yang dia nikmati, seperti juga orang yang gagal punya warna dan tampilan yang dia nikmati sendiri. Sebagai muslim, kita juga menikmati warna dan tampilan yang sah menurut keyakinan kita dan sesuai dengan kemusliman dan keimanan yang melekat dalam diri kita.


WIJHAT| (Bukan) Akhir Media Cetak

KEARIFAN KOMUNITAS| Komunitas Rhesus Indonesia (RNI)

LIQOAT| Prof. Dr. H. Edison Munaf, M.Eng, Pakar Kimia Lingkungan Hidup

DZIKROYAT| Sabar Gorky: Pendaki Satu Kaki

KHAZANAT| Empat Kota Bawah Tanah

JAULAT| Social Media Festival 2012: Dari Interaksi Menuju Kolaborasi

MUKJIZAT| Terapi Energi: Bagaimana Menurut AlQuran (1)

RUHANIYAT| Sudahkah Kita Berbakti pada Orangtua?



===========================cuplikan=================================

"Jika engkau tak lebih cantik dari bulan, engkau aku cerai tiga kali," kata Isa bin Musa, lelaki yang hidup dimasa Khalifah Al Manshur itu. Sedikitpun ia tak bermaksud menceraikan istrinya, karena yang ia maksud adalah bahwa istrinya tersebut jauh lebih cantik daripada bulan.

Tetapi lafaz cerai adalah hukum yang serius, tiada yang main-main di dalamnya. Maka demi mengetahui perkataan sang suami, sang istri pun menghindar dari suaminya. Ia merasa telah diceraikan oleh suaminya. Ini menjadi sesuatu yang buruk bagi Isa.

Keesokannya, ia menghadap Khalifah Al Manshur, "Wahai Amirul Mukminin, jika sampai akubercerai dari dia, makahatiku akan selalu dijejali gelap, dan mati lebih aku sukai daripada hidup."

Al Manshur pun gundah. Ia lantas mendatangkan beberapa ulama fikih. Semuanya sepakat bahwa cerainya telah jatuh kecuali satu orang yang sedari tadi diam. Maka Al Manshur heran, "Mengapa engkau tidak berbicara?"

Maka ulama itu membaca Firman Allah dalam surat at-Tiin, "Demi (buah)Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit sinai, dan demi kota (Mekah) ini yang aman, sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."

Ia lantas melanjutkan, "Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya manusia ituseindah-indahnya bentuk. Tidak ada sesuatu pun yang lebih indah dari manusia."

Akhirnya, AL Manshur berkata kepada Isa, "Hukumya seperti yang ia katakan. Jadi, kembalilah ke istrimu."

Berbicara soal cantik, indah, dan apa saja yang enak dipandang, jiwa kita memang menghajatkan apa yang terasa menentramkan dari apa yang kita pandang. Aslinya kita memang memiliki karakter bawaan yang memandang indah berbagai simbol keindahan itu sendiri. Ada yang layak kita nikmati dari warna dan tampilan. Sebagai fitrah dasar, itu bukan aib pada fungsi aslinya.

Jiwa kita menghajatkan warna, menyukainya, seperti juga menghajatkan desain dan bentuk, untuk disukai juga. Kebutuhan kita akan kadar tertentu dari menikmati tampilan, juga warna, adalah bagian dari keniscayaan. Itu memberi kita nafas keberlangsungan.

Bagikan artikel ini

1 comment

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini