Tidak ada yang benar-benar mudah di dunia ini. Segala sesuatu butuh perjuangan. Setidaknya, ada sedikit bagian yang mengharuskan kita mengorbankan sesuatu, entah itu waktu, entah itu jatah untuk bersantai, atau apa saja. Dalam proses mendapatkan makanan misalnya, kita akan bisa menikmati makanan dengan berbagai cara, tetapi pasti ada unsur usaha atau pengorbanan di sana. Bisa dengan cara membeli: datang ke restoran atau ke warteg, kita harus rela berjalan dari rumah kita ke sana, kadang harus pula mengantre, dan pada akhirnya kita harus membayar; atau bisa juga dengan memasak sendiri, membeli berbagai bahan makanan serta meramunya menjadi masakan pun juga butuh usaha. Artinya, tidak ada hal di dunia ini yang benar-benar bebas dari usaha. Maka benar kiranya pameo yang mengatakan, "Tidak ada yang gratis di dunia ini". Bahkan pada hal yang terlihat gratis sekalipun. Untuk bisa menikmatinya dibutuhkan usaha, yang membedakan adalah besar kecilnya usaha yang kita lakukan.
Usaha, juga perjuangan, selama ini hanya kita kenali pada orang-orang yang positif atau paling tidak menampakkan performa positif. Untuk lulus kuliah misalnya, tak sedikit yang dalam berjuang menyelesaikan skripsinya, harus melawan segala sifat malasnya. Bersabar diomeli dosen yang killer, dibantai di ujian pendadaran, hingga revisi yang banyaknya gak ketulungan. Itulah usaha, itulah perjuangan, yang atasnya semua hasil dibayarkan.
Namun demikian, usaha pun ternyata juga dilakukan oleh mereka yang melakukan performa negatif. Maling misalnya. Jangan dikira bahwa maling itu adalah usaha iseng dan seketika bisa langsung menangguk keuntungan segunung. Alkisah, dari sebuah rumah yang terkunci rapi, pada pagi harinya terdengar teriakan kehilangan dua buah mobil. Padahal tak satupun anggota keluarga yang mendengar suara mencurigakan. Bayangkan, bagaimana cara membawa dua buah mobil tanpa ada yang tahu sama sekali! Maling itu tentu tidak serta merta berniat iseng mencuri lalu mendapatkan mobil tersebut. Ia tentunya sudah mengamati secara periodik kapan saat yang paling baik untuk beraksi. Mungkin tak cukup satu dua hari, bisa jadi ia mengamatinya berminggu-minggu. Baru setelah mengenali kebiasaan si empunya rumah, ia melancarkan aksinya pada jam yang paling aman, yang biasanya adalah waktu dini hari. Waktu ketika orang-orang sedang terlelap, para maling itu melancarkan "perjuangannya" melawan kantuk dan dingin yang menusuk. Dan itu pun belum cukup, mereka masih dihantui risiko tertangkap dan dipukuli massa, bahkan mungkin risiko terancam jiwanya. Tetapi, mereka tetap melakukan usahanya, demi harta yang di mata kita haram itu.
Ya, usaha, juga perjuangan, bisa dilakukan siapa saja. Tua, muda, kaya, miskin. Ia bisa dilakukan dalam bidang apa saja, baik itu dalam hal kejahatan maupun kebaikan. Usaha bisa minimalis bisa pula maksimal. Dan jangan lupa, atas setiap usaha itu selalu disediakan hasil,entah di dunia ataupun di akhirat. Atas usaha yang baik, dengan cara dan niat yang baik, tentu ganjarannya juga baik; atas usaha yang buruk dengan niat dan cara yang buruk, tentu hasilnya pun juga tak jauh dari keburukan. Maka jika para pelaku keburukan saja butuh usaha, maka apalah lagi mereka yang mengaku melakukan perbaikan dan kebaikan, jauh lebih banyak usaha yang harus diperjuangkan. Kinilah saatnya untuk bertanya, sudahkah kita berusaha? sudah sampai mana?
Semoga usaha kita senantiasa diberkahi, perjuangan kita senantiasa mendapat jalan lurus, dan hasil yang digapai tak membuat kita tinggi hati, tetapi membuat kita lebih banyak bersyukur, sebab, kita hanya dititipi oleh Sang Maha Pemberi Rizqi.