Jayalah Calo Kereta Api Indonesia - Ruang Tunggu

6/1/12

Jayalah Calo Kereta Api Indonesia

Mulai 8 Maret 2012, PT KAI memberlakukan kebijakan baru berupa 'kemudahan' akses pembelian tiket KA Eksekutif, Bisnis dan Ekonomi AC bisa dilakukan H-90 sebelum keberangkatan. Konsekuensi dari pemberlakuan kebijakan baru ini adalah penumpang harus merencanakan perjalanan jauh-jauh hari jika tidak ingin kehabisan tiket. Tujuan pemberlakuan kebijakan baru ini katanya adalah "pemberantasan calo". Tapi saya tidak tahu, calo yang mana yang diberantas dan dipersempit geraknya oleh PT KAI. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ketika tiket yang di jual di loket sudah dinyatakan habis, di luar sana tidak sedikit calo yang bergentayangan menawarkan tiket dengan bebasnya. Kalau tidak percaya, cobalah berpenampilan layaknya mau mudik, menenteng tas besar, kelihatan bingung dan memasang muka memelas di stasiun Pasar Senen, pasti Anda akan segera didekati seseorang dan ditanya-tanya butuh tiket kapan dan ke mana?

Belum selesai urusan calo, mulai 1 Juni 2012 PT KAI kembali mengeluarkan kebijakan yang "menarik", yaitu bahwa nama yang tertera di tiket harus sesuai dengan nama pemegang tiket. Jika tidak, maka bersiaplah untuk diturunkan di stasiun terdekat. Kebijakan ini tidak kalah menarik menurut saya, sebab, dari beberapa laporan informasi yang masuk ke saya, tiket lebaran untuk tanggal 17-25 Agustus 2012 yang notabene sudah habis di loket, masih bisa didapatkan dari para calo. Tentu dengan harga selangit. Jadi saya heran, yang mau diberantas itu penumpangnya atau calonya?

Penumpang agaknya akan masih menjadi pihak yang dirugikan. Pertama, mereka harus mengeluarkan biaya untuk tiga bulan ke depan. Bayangkan jika seseorang rutin tiap pekan mudik, maka berapa jumlah yang harus dia keluarkan untuk mengcover tiket 3 bulan ke depan agar tetap dapat tiket di loket (baca: tidak harus membeli dari calo)? Belum lagi kebijakan penurunan penumpang yang namanya tidak sesuai dengan yang tertera di tiket, selama calo tidak bisa diberantas, maka penumpanglah yang akan kena berantas.

Para calo tentu tenang-tenang saja, misalnya untuk lebaran ini akan ada banyak orang yang butuh tiket. Dan karena alasan butuh, para penumpang tentu akan membeli tiket tersebut, meski dengan berat hati. Lalu bagaimana nasib mereka jika kebijakan penurunan itu dilakukan? Mereka sudah membeli, dengan lebih mahal pula, eh, malah diturunin. Kasian amat...! Lalu PT KAI tersenyum puas, "Kami sudah memberantas penumpang calo!"

Maka, teriakan kata merdeka yang disampaikan Bung Karno dalam pidatonya di hadapan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai 1 Juni 67 Tahun yang lalu itu, agaknya masih menjadi isapan jempol bagi penumpang kereta api.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini