Secangkir Nikmat yang Kerap Terlewat - Ruang Tunggu

2/23/12

Secangkir Nikmat yang Kerap Terlewat

Kadang, nikmat itu harus ditiadakan atau dikurangi terlebih dahulu agar kita bisa mensyukurinya. Begitulah manusia. Betapa banyak nikmat yang ia terima setiap hari, tetapi ia tidak pernah mensyukurinya. 


Namun sudah menjadi tabiat manusia itu sendiri, bahwa ia adalah makhluk yang mudah mengeluh. "Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir" (Al-Ma'aarij: 19). Maka seringkali nikmat yang banyak itu seolah tertutup hanya oleh secuil permasalahan yang ia hadapi. Padahal sekiranya ia hitung-hitung lagi, permasalahan yang ia derita tidaklah lebih besar dari karunia yang ia terima. 


Lihatlah, setiap kita bangun pagi, seharusnya selalu ada alasan bagi kita untuk bersyukur. Bahwa kita masih bernyawa, tidak sekadar bernyawa, kita juga masih sadar. Betapa banyak manusia yang hari ini masih bernyawa tapi mereka tergeletak tak tersadar di ruang ICU. Tidak sekadar sadar, kita pun masih bisa jalan-jalan. Lihatlah betapa banyak di antara kita yang sekadar sadar, sementara untuk menggerakkan tangannya saja tidak bisa. 


Perhatikan, kita masih bisa melihat, masih bisa bernapas dengan lega, tangan dan kaki kita masih bisa digerakkan, dan lain sebagainya. Nikmat-nikmat yang sangat banyak itu, yang jika dihitung seharian mungkin kita tak akan sanggup bersyukur atas semua itu. Atas nikmat yang banyak ini, tak pantas sebenarnya bagi kita untuk bersedih apalagi ingkar. 


Namun, sesuai sifatnya, manusia itu sering lalai atas karunia ini. Ia baru sadar ketika nikmat itu dicabut. Dan pagi tadi, ternyata saya merasakannya. Entah karena sudah uzur atau faktor yang lain, pompa air di kost saya rusak sehingga persediaan air di bak habis. Akibatnya air tidak cukup untuk mandi. Berbeda dengan saya masih kebagian air untuk mandi, ketika teman saya ingin mandi, air sudah habis. Maka jadilah pagi tadi kami berangkat pagi-pagi ke kantor buat numpang mandi. he...


Nikmat berupa air yang tersedia tiap hari ternyata luput dari rasa syukur kami. Dan kami baru disadarkan dengan hilangnya nikmat itu. Ya, banyak nikmat di sekitar kita, yang kita rasakan dan nikmati, tetapi karena sudah biasa kita dapatkan, seringkali kita lalai dari mensyukurinya. Melalui peristiwa ini, semoga ke depan bisa istiqamah untuk selalu bersyukur atas segala nikmat, meski itu terlihat sederhana.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini