Kamis pagi, saya datang ke Stasiun Tanah Abang. Tujuan utamanya adalah mengantarkan seorang teman untuk membeli tiket untuk kamis pekan depan sekalian menukarkan tiket untuk tanggal 2 September 2012 tujuan Jakarta yang sebelumnya sudah saya beli di Alfamart. Begitu datang ke loket, saya langsung dilayani dan memperoleh tiket dimaksud, tetapi berbeda dengan teman saya, dia harus mengantre cukup panjang untuk mendapatkan tiket Kereta Bengawan untuk Kamis depan itu.
Sembari menunggu, saya duduk di dekat pintu masuk (boarding gate) stasiun. Sekilas, mata saya memandang petugas penjaga pintu masuk dan mendapati bahwa seragam mereka itu benar-benar mirip dengan seragam yang saya kenakan. Bedanya hanya seragam saya sedikit lebih gelap dan tidak ada atribut tambahan di atas kantong saku baju seperti mereka. Sampai di sini, saya cuma bisa tersenyum, dan dalam hati teringat apa yang diceritakan salah seorang teman tentang seragam kami yang mirip petugas pemeriksa karcis di KRL. "Mungkin, kita bisa gratis naik KRL, pakai seragam ini," candanya.
Menunggu agak lama, ternyata membuat saya agak kegerahan. Akhirnya saya pun melepas jaket yang sedari tadi saya pakai. Saya duduk santai di belakang antrean yang sudah mulai surut. Belum lama kepikiran tentang seragam itu, tiba-tiba ada bapak-bapak yang duduk di sebelah saya lalu bertanya, "Mas, tiket untuk tanggal 12 Juni masih ada nggak ya?" Wah, bapak ini.. Saya kan bukan petugas, Pak... Tapi karena saya memang tahu, saya jawab juga, "Tanggal 12 untuk yang ke Solo sudah habis, Pak, tapi kalau untuk yang ke Jakarta saya kurang tahu, coba tanya ke Costumer Service di sebelah ini, Pak." Setelah berterima kasih, beliau segera masuk ke ruang costumer service.
Setelah beberapa saat menunggu, saya lihat kawan saya sudah hampir mendekati loket. Saya pun segera berjalan ke arah loket. Kebetulan waktu itu ada bapak-bapak yang baru saja dapat tiket. Bermaksud ramah, saya bertanya, "Dapat gerbong berapa, Pak? Maksud saya adalah mengetahui kira-kira teman saya dapat gerbong berapa, mengingat jarak antrean bapak itu dan teman saya tidak terlalu jauh. Setelah menjawab ini itu, bapak itu segera pamit, dan mengucapkan terima kasih. Entah untuk apa. Padahal, seharusnya sayalah yang mengucapkan terima kasih. Hhh.. mungkin, seragam yang saya pakai itulah membuat bapak tersebut berterima kasih.
Saya hanya bisa tersenyum. Alhamdulillah, ada yang mirip dengan seragam kami. :)
Keterangan: gambar seragam hanya ilustrasi. diambil dari sini
Sembari menunggu, saya duduk di dekat pintu masuk (boarding gate) stasiun. Sekilas, mata saya memandang petugas penjaga pintu masuk dan mendapati bahwa seragam mereka itu benar-benar mirip dengan seragam yang saya kenakan. Bedanya hanya seragam saya sedikit lebih gelap dan tidak ada atribut tambahan di atas kantong saku baju seperti mereka. Sampai di sini, saya cuma bisa tersenyum, dan dalam hati teringat apa yang diceritakan salah seorang teman tentang seragam kami yang mirip petugas pemeriksa karcis di KRL. "Mungkin, kita bisa gratis naik KRL, pakai seragam ini," candanya.
Menunggu agak lama, ternyata membuat saya agak kegerahan. Akhirnya saya pun melepas jaket yang sedari tadi saya pakai. Saya duduk santai di belakang antrean yang sudah mulai surut. Belum lama kepikiran tentang seragam itu, tiba-tiba ada bapak-bapak yang duduk di sebelah saya lalu bertanya, "Mas, tiket untuk tanggal 12 Juni masih ada nggak ya?" Wah, bapak ini.. Saya kan bukan petugas, Pak... Tapi karena saya memang tahu, saya jawab juga, "Tanggal 12 untuk yang ke Solo sudah habis, Pak, tapi kalau untuk yang ke Jakarta saya kurang tahu, coba tanya ke Costumer Service di sebelah ini, Pak." Setelah berterima kasih, beliau segera masuk ke ruang costumer service.
Setelah beberapa saat menunggu, saya lihat kawan saya sudah hampir mendekati loket. Saya pun segera berjalan ke arah loket. Kebetulan waktu itu ada bapak-bapak yang baru saja dapat tiket. Bermaksud ramah, saya bertanya, "Dapat gerbong berapa, Pak? Maksud saya adalah mengetahui kira-kira teman saya dapat gerbong berapa, mengingat jarak antrean bapak itu dan teman saya tidak terlalu jauh. Setelah menjawab ini itu, bapak itu segera pamit, dan mengucapkan terima kasih. Entah untuk apa. Padahal, seharusnya sayalah yang mengucapkan terima kasih. Hhh.. mungkin, seragam yang saya pakai itulah membuat bapak tersebut berterima kasih.
Saya hanya bisa tersenyum. Alhamdulillah, ada yang mirip dengan seragam kami. :)
Keterangan: gambar seragam hanya ilustrasi. diambil dari sini