Kita dan Waktu Sisa - Ruang Tunggu

10/22/12

Kita dan Waktu Sisa


"Berapa banyak waktu yang kau gunakan secara efektif selama sehari, 24 jam?" Itu pertanyaan reflektif yang mampir di benak saya. Betapa tidak, waktu saya sebagian besar habis di dua tempat: bekerja di kantor dan istirahat di kos. Bekerja telah menyita 9 jam dari waktu saya, sementara istirahat di kos menyumbang kurang lebih angka yang sama, 8 jam. Sisanya habis di jalan, kuliah, aktivitas transisi, atau aktivitas pribadi lainnya.

Pertanyaan selanjutnya adalah, "Kapan waktu untuk belajar ilmu agama?". Ini pertanyaan yang susah dijawab. Aktivitas keseharian saja sudah menyita begitu banyak waktu, apalagi jika ditambah kuliah, tentu pulang tambah larut. Akhirnya aktivitas ini hanya mengandalkan waktu sisa. Ini pun kadang tak dengan baik terkelola sehingga akhirnya terlewat begitu saja.

Padahal sebenarnya wahana dan sarana untuk belajar ilmu agama, kini begitu banyak tersedia. Bukan saja ragam ilmunya, tetapi juga metodenya, bahkan tidak sedikit yang kemudian ditawarkan dengan gratis. Kemajuan teknologi telah mempermudah segalanya, kita bisa mengunduh mp3 kajian mulai dari tema aqidah sampai ibadah, dari kajian tafsir qur'an sampai kajian kitab-kitab karangan ulama klasik maupun kontemporer, semuanya gratis. Tetapi ternyata itu masih belum mampu mendongkrak kuantitas dan kualitas ilmu diniyah kita.

Bayangkan, bagaimana jika ternyata di sebuah tempat, di daerah minoritas muslim, sekelompok orang datang sepekan sekali untuk mengaji, tetapi bukan mengaji dari ustadz sebagaimana kita kajian di masjid, tetapi dari kaset. Kaset yang direkam tahun 90-an, tetapi semangat mereka sama semangatnya dengan kita ketika mengaji dari ustadz langsung, bahkan mungkin semangat kita kalah oleh mereka. Dan ternyata, ini memang ada, mereka adalah ibu-ibu minoritas yang tinggal di kampung, yang mayoritas warganya non-muslim, di kampung Bola Dangko, Kulawi, Palu-Sulawesi Tengah.

Ah, semakin malu saja saya. Betapa banyak waktu tersia tanpa bertambahnya ilmu atau amal. Padahal, bukankah setiap napas bisa menjadi dzikir? Kemacetan pun bisa menjadi ladang dzikir, perjalanan bisa digunakan untuk muraja'ah hafalan qur'an, waktu luang di kantor bisa dipakai mendengarkan kajian, browsing bisa sambil membaca artikel tentang ilmu syariah, dan masih banyak lagi.

Maka, sebetulnya tiada alasan lagi bagi kita untuk tidak bertambah ilmu dan amal setiap hari. Maka, wahai diri, amal dan ilmu apa yang sudah kau dapat hari ini?

Gambar diambil dari sini

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini