Jodoh se-Fakultas - Ruang Tunggu

2/24/12

Jodoh se-Fakultas

Sejak lama, saya termasuk orang yang kurang sepakat dengan pernikahan antar sesama aktivis se-fakultas. Kesannya seperti sebelumnya sudah cinlok, atau kalau tidak, mengesankan telah terjadi interaksi yang berlebihan di antara mereka. Sekali lagi, ini cuma kesan, pada kenyataannya saya tidak tahu.

Namun, belakangan setelah terjadi beberapa pernikahan sesama aktivis se-fakultas di kampus saya, dan setahu saya tidak terjadi apa yang saya persepsikan sebagai berlebih-lebihan itu, maka mau tidak mau saya harus merevisi pandangan konservatif saya itu. Alasan revisi pandangan ini tentu bukan karena saya mengincar jodoh se-fakultas juga. Bukan!


Belakangan saya berpikir bahwa meniadakan peluang untuk mendapatkan jodoh dari fakultas yang sama itu seperti tindakan bodoh membatasi jodoh itu sendiri. Saya ulangi, meniadakan peluang untuk mendapatkan jodoh dari fakultas yang sama itu seperti tindakan bodoh membatasi jodoh itu sendiri. :D

Tetapi saya tekankan lagi, ini sama sekali tidak berarti bahwa saya tidak mengincar jodoh se-fakultas.

Saya hanya kurang nyaman jika disinggung, "Si fulan dan si fulanah itu dulu se-fakultas, lho. Apa dulu cinlok, ya?" dan dugaan-dugaan lain yang lebih jauh. Karena itulah saya dari awal mencoret peluang memasukkan akhwat se-fakultas ke dalam daftar calon pendamping saya. Bahkan dalam diskusi dengan seorang kawan saya sempat bilang, "Kalau saya sampai dapat akhwat se-fakultas, maka saya akan ketawa (mengingat perbincangan yang kami lakukan). Padahal kalau dipikir lebih jauh, bila memang cinlok tetapi mereka tetap bisa menjaga perasaannya masing-masing dan menempuh proses yang benar, apakah ada larangan akan hal itu?

Hal inilah yang membuat saya sadar bahwa ini semacam mengingkari takdir. Maka prinsip saya sekarang, silakan menikah dengan orang dari fakultas yang sama, asalkan prosesnya benar dan tidak menyimpang. Saya tidak akan melarang-larang lagi, kok. Tenang saja.

Bagikan artikel ini

Artikel Menarik Lainnya

  • Kenapa Aku Memilihmu Jika kau tanya, kenapa aku memilihmu Itu Karena Allah memberikan cinta yang ditujukan kepadamu (Asma Nadia) Aku sangat sadar, ada yang berbed… Read More
  • Saatnya Kembali ke Dunia Berbagi Februari 2012, sudah genap setahun sejak saya mengundurkan diri dari posisi penyunting bahasa di sebuah penerbitan Islam dan kemudian beralih profesi menja… Read More
  • MENGHENINGKAN CIPTAPagi ini saya kembali mengikuti upacara bendera setelah lama tidak melakukannya pasca lulus SMA. Dalam upacara yang dilakukan dalam rangka memperingati hari K… Read More
  • Demo dan Indonesia BerharapMengantisipasi demo yang kabarnya besar-besaran pada Rabu ini, pihak kantor kemarin menyampaikan beberapa himbauan. Dan agaknya, ini himbauan serius, meskipun h… Read More
  • Haruskah Langit Mesir Kembali Gelap?"Kami berada dalam kekacauan total, sebuah proses membingungkan yang-meski diharapkan berakhir baik-tak membawa kita kemanapun selain ke tempat kita berada 18 b… Read More

4 comments

  1. kalo kata anak2 Unpad:
    Sejurusan nilainya: E
    Sefakultas beda jurusan: D
    Seuniv beda fakultas: C
    Sekota beda univ: B
    Beda kota beda univ: A :D

    ReplyDelete
  2. he..he.. ada penilaiannya ternyata. Baru tahu. :)

    ReplyDelete
  3. klo temen saya mbah "kayaknya aku nggak akan menikah dengan teman seamanah deh" ntar responnya jadi gini "hah koe!???!!" *udah tau ancur2nya

    ReplyDelete
  4. he..he... 
    Kadang saya mikir ga asyik juga. Mainnya sama itu-itu aja. Tapi ada keuntungannya, karena sudah tahu ancurnya, bisa dimanfatin buat membangun agar yang ancur itu ga jadi ancur :D

    ReplyDelete

Silakan meninggalkan komentar Anda di sini